TUGAS UTS MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

 

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA PEMBELAJARAN SKI

 

Abstrak

Artikel ini membahas penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran SKI. Penelitian ini menyelidiki bagaimana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Pemahaman dalam pembelajaran adalah komponen penting dari pembelajaran yang mendalam dan bermakna karena melibatkan kemampuan siswa untuk menanggapi, menganalisis, dan menerapkan informasi dalam konteks dunia nyata. Metode jigsaw memungkinkan pembagian materi yang efektif pada mata pelajaran SKI, yang memerlukan ingatan jangka panjang dan pemahaman yang mendalam tentang sejarah dan prinsip Islam. Peserta didik mempelajari bagian tertentu secara menyeluruh sebelum membagi informasi tersebut dalam kelompok, yang mendorong interaksi dan pembelajaran kolaboratif. Penelitian ini menjelaskan bagaimana menggunakan metode jigsaw dan menguraikan kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan metode ini termasuk peningkatan kerja sama dan pemahaman materi; kekurangannya adalah ketergantungan pada kemampuan komunikasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka. Adapun sumber data yaitu sumber data primer seperti jurnal dan buku yang dapat diakses secara online.

 

Keywords: Penerapan, Metode Kooperatif, Jigsaw

 

 

A.  PENDAHULUAN

Suatu pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan oleh pendidik. Salah satu tujuan pembelajaran tentunya apabila peserta didik memahami materi ajar yang telah disampaikan oleh pendidik. Dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran tersebut tentunya berada dalam tangan seorang pendidik, di mana seorang pendidik perlu untuk merancang model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

pendidik sebagai motivator berarti pendidik mendorong siswa untuk meningkatkan minat mereka dan mengembangkan kegiatan belajar mereka sendiri. Peran pendidik sebagai fasilitator berarti pendidik membantu siswa memanfaatkan potensi mereka untuk belajar. Pendidik dapat membantu peserta didik dengan melakukan pembelajaran yang seru serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan utamanya pada pembelajaran yang kurang menarik bagi beberapa peserta didik seperti pada pembelajaran sejarah.(Warouw and Lumingkewas 2023)

Salah satu bagian penting dari kurikulum pendidikan Islam adalah pembelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI). Pembelajaran SKI ini dapat membantu peserta didik dalam memahami dan menghargai mengenai perkembangan sejarah, peristiwa, dan tokoh-tokoh Islam. Akan tetapi, karena pendidik sering menggunakan metode ceramah yang tidak menarik bagi peserta didik, sehingga mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dianggap sulit untuk dipahami oleh sebagian peserta didik. Akibatnya, siswa menjadi tidak tertarik dan tidak memahami materi sejarah yang kaya akan nilai dan makna.

Untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam, tentunya diperlukan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berpartisipasi secara aktif dan bekerja sama selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu metode yang dapat pendidik terapkan dalam pembelajaran ini adalah metode pembelajaran Jigsaw.

Metode pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mana peserta didik belajar dalam suatu kelompok, dan masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk mempelajari dan menguasai materi ajar yang telah ditentukan dan selanjutnya mengajarkan kepada teman sekelompoknya (Fajuri 2019). Pada pembelajaran ini peserta didik tidak hanya belajar untuk memahami materi akan tetapi melatih keterampilan mereka dalam berkomunikasi dan berdiskusi.

Pembelajaran SKI dengan menerapkan metode Jigsaw mungkin memiliki beberapa keuntungan. Metode ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan menarik, tetapi juga membantu peserta didik memahami materi lebih dalam karena mereka belajar dengan mengajarkannya kepada orang lain.

Menerapkan metode ini diharapkan terjadinya peningkatan pemahaman materi yang signifikan pada peserta didik dalam memahami materi, sehingga peserta didik tidak hanya sebagai fakta dan peristiwa, akan tetapi juga sebagai warisan yang kaya akan nilai-nilai yang dapat mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan pada artikel ini akan difokuskan pada efektivitas metode pembelajaran Jigsaw dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran SKI, serta langkah-langkah penerapannya yang tepat dalam konteks pembelajaran di kelas. Diharapkan, kajian ini dapat menjadi rujukan bagi pendidik dalam mengembangkan metode yang inovatif dan adaptif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran SKI.

B.  PEMBAHASAN

1.      Konsep Pemahaman dalam pembelajaran

Pemahaman dalam pembelajaran adalah kemampuan peserta didik untuk menanggapi informasi yang mereka pelajari sehingga dapat diolah, dipahami, dan diterapkan dalam berbagai situasi. Pemahaman adalah proses kognitif yang mencakup analisis, sintesis, dan penerapan ide-ide yang telah dipelajari.

Ketika peserta didik benar-benar memahami materi pembelajaran, mereka dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, melihat hubungan antara subjek, dan mampu mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan dalam situasi yang nyata. Pemahaman adalah komponen penting dari pembelajaran yang mendalam dan bermakna, yang memungkinkan peserta untuk menyelesaikan masalah dan berpikir kritis.

Pemahaman juga mengarah pada kemampuan peserta didik untuk mengaitkan ide atau informasi dengan pengetahuan atau pengalaman lain dan menjelaskan kembalinya dalam bahasa mereka sendiri. Pemahaman sangat penting dalam pendidikan karena menunjukkan seberapa efektif proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk mempelajari informasi lebih dalam dan lebih kritis daripada hanya menerimanya. Pemahaman peserta didik pada suatu pembelajaran merupakan kompinen yang sangat penting, utamanya pada pembelajaran yang memerlukan ingatan jangka panjang, seperti pada pembelajaran sejarah kebudayaan Islam.

Pemahaman tentang materi SKI sangat penting untuk membentuk peserta didik yang memiliki keyakinan Islam yang kuat, nilai-nilai moral yang kuat, kemampuan berpikir kritis, dan rasa hormat terhadap keragaman. Pemahaman ini tidak hanya penting dalam proses pendidikan tetapi juga dapat menjadi bekal untuk kehidupan selanjutnya, di mana mereka dapat menerapkan prinsip-prinsip Islam yang dipelajari dari sejarah untuk menjadi orang yang baik bagi masyarakat dan diri mereka sendiri.

2.      Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran di mana peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari orang-orang dengan latar belakang dan keterampilan yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Setiap anggota kelompok bergantung satu sama lain untuk menyelesaikan tugas, dan kerja sama setiap anggota sangat penting untuk keberhasilan kelompok. Metode ini dimaksudkan untuk meningkatkan komunikasi sosial peserta didik dan meningkatkan pemahaman dan keterampilan kerja sama mereka(Nurhaeni 2011).

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Berikut beberapa pengertian Jigsaw dari beberapa ahli(Harefa et al. 2022):

a.    Aronson yaitu seorang pelopor model Jigsaw, menjelaskan bahwa Jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta didik dalam kelompok kecil. Dalam model ini, setiap anggota kelompok mempelajari bagian tertentu dari materi dan menguasi materi di bagian tersebut. Selanjutnya, mereka bertukar informasi dalam kelompok, sehingga setiap anggota kelompok ikut andil untuk memahami keseluruhan materi.

b.    Slavin berpendapat, model Jigsaw adalah teknik pembelajaran yang berfokus pada kerja kelompok, di mana peserta didik bekerja bersama untuk mencapai tujuan akademik. Model ini membuat peserta didik saling bergantung dalam mempelajari materi, karena setiap anggota harus berperan sebagai seseorang yang menjelaskan bagian materi yang telah ia pelajari kepada anggota kelompok lainnya.

c.    Lie menyebut model Jigsaw sebagai strategi yang membagi peserta didik menjadi kelompok diskusi kecil, yang didalamnya terdapat peran khusus untuk setiap anggota. Setiap individu memegang tanggung jawab dalam mempelajari satu bagian dari materi, dan mereka kemudian mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan cara ini, peserta didik diajak untuk aktif berpartisipasi, bekerja sama, dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri maupun pembelajaran anggota kelompok(Indarsih 2022).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe jigsaw adalah pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran pada peserta didik atau student center. Pada pembelajaran ini peserta didik diharapakan mampu untuk menguasai materi pembelajaran yang telah ditentukan dan kemudian mampu mengajarkannya kepada teman sekelompoknya yang lain.

3.      Penerapan Metode Jigsaw pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Metode jigsaw ini sangat efektif diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan pemahaman mendalam, seperti Sejarah Kebudayaan Islam. Pada mata pelajaran SKI, materi yang diajarkan biasanya mencakup topik yang luas, mulai dari sejarah tokoh-tokoh, peristiwa penting, hingga perkembangan kebudayaan Islam di berbagai wilayah(Asda 2022). Dengan metode jigsaw, siswa dapat mempelajari satu bagian kecil dari materi dengan lebih fokus, sehingga mereka memiliki pemahaman yang lebih baik sebelum menyampaikannya kepada teman-temannya.

Adapun langkah-langkah penerapan metode jigsaw dalam mata pelajaran meliputi:

a.    Pembagian Materi: Pendidik membagi materi pembelajaran menjadi beberapa bagian. Misalnya, jika pembelajaran SKI mencakup Strategi dakwah Rasulullah di Mekah, Pokok-pokok dakwah Rasulullah, masing-masing aspek ini dibagi ke dalam subtopik yang lebih spesifik.

b.    Pembentukan Kelompok: Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari subtopik tertentu.

c.    Diskusi Kelompok: Setiap anggota kelompok mendiskusikan subtopiknya masing-masing dan mempersiapkan informasi yang akan disampaikan kepada anggota kelompoknya

d.    Penggabungan Kelompok:  Anggota dari setiap kelompok bergabung dengan untuk menjelaskan subtopik yang telah mereka pelajari.

e.    Presentasi dan Diskusi: Setiap siswa mempresentasikan materi subtopiknya di dalam kelompok, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi secara keseluruhan(Ningsih et al. 2022).

Dengan langkah-langkah tersebut, metode jigsaw dapat membantu peserta didik memahami materi secara lebih mendalam dan melatih keterampilan komunikasi serta kolaborasi. Terlebih lagi, metode ini mendukung terjadinya proses pembelajaran yang aktif dan interaktif, yang memungkinkan siswa untuk lebih memahami dan menguasai materi melalui penyampaian serta diskusi yang dilakukan. Melalui penerapan metode jigsaw pada mata pelajaran, seperti Sejarah Kebudayaan Islam, siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh.

4.      Keunggulan dan kekurangan metode Jigsaw

Adapun kelebihan metode Jigsaw diantaranya:

a.    Meningkatkan kerja sama antar peserta didik

b.    Meningkatkan pemahaman materi

c.    Mendorong keaktifan peserta didik

d.    Mempermudah pendidik dalam mengelola kelas

Sedangkan kekurangan metode Jigsaw yaitu:

a.    Memerlukan waktu persiapan yang lebih lama

b.    Bisa membuat peserta didik pasif dalam diskusi

c.    Bergantung pada keterampilan komunikasi peserta didik

Dari beberapa keunggulan dan kekurangan metode Jigsaw di atas, diharapkan kepada pendidik untuk memastikan terlebih dahulu kesiapan kelas untuk menggunakan metode ini.

C.  KESIMPULAN

Penerapan Metode Jigsaw pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat meningkatkan minat dan pemahaman peserta didik dibandingkan hanya dengan menggunakan metode ceramah secara terus-menerus. Dengan menerapkan metode ini peserta didik akan lebih aktif dalam pembelajaran dan juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berdiskusi dan berkomunikasi. Akan tetapi, tentunya dalam setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, oleh karena itu pendidik perlu memperhatikan setiap metode yang akan mereka terapkan dalam proses pembelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

Asda, Yusrina. 2022. “Efektivitas Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Pada Siswa Man Model Banda Aceh.” PENDALAS: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Dan Pengabdian Masyarakat 2(3):160–74.

Fajuri, Fajuri. 2019. “Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas I SD Negeri 27 Ampenan.” Jurnal Paedagogy 6(1):20–26.

Harefa, Darmawan, Murnihati Sarumaha, Amaano Fau, Tatema Telaumbanua, Fatolosa Hulu, Kaminudin Telambanua, Indah Permata Sari Lase, Mastawati Ndruru, and Lies Dian Marsa Ndraha. 2022. “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Belajar Siswa.” Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal 8(1):325–32.

Indarsih, Fajar. 2022. “Efektifitas Metode Al-Bidayah Dalam Peningkatan Kompetensi Santri Pesantren Al-Bidayah Di Kabupaten Jember.” MUNAQASYAH: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Pembelajaran 5(1):109–28.

Ningsih, Raudha, Syaflin Halim, Abdul Halim Hanafi, and Dasrizal Dahlan. 2022. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri.” Sittah: Journal of Primary Education 3(2):191–202.

Nurhaeni, Yani. 2011. “Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IX SMPN 43 Bandung.” Jurnal Penelitian Pendidikan 12(1):77–89.

Warouw, Winda Novita, and Edwin Melky Lumingkewas. 2023. “Peran Pendidik Sebagai Motivator Dalam Meningkatkan Kualitas Karakter Siswa.” Jurnal Educatio FKIP UNMA 9(4):1923–30.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepemimpinan Khulafaurrasyidin